TIMES TASIKMALAYA, TASIKMALAYA – Kota Tasikmalaya, daerah dengan julukan 'Kota Seribu Bukit', menjadi sorotan dalam ajang Pilkada 2024. Dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 543.990 pemilih, kontestasi kali ini melibatkan lima pasangan calon yang berlomba memperebutkan kursi pemimpin.
Dinamika ini memancing perhatian banyak pihak, termasuk para peneliti dan lembaga survei, untuk mengamati lebih dalam karakteristik pemilih dan potensi kekuatan kandidat.
Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) menjadi salah satu lembaga survei yang terjun langsung untuk memetakan peluang dan tantangan di Pilkada Kota Tasikmalaya.
Direktur IPRC, M Indra Purnama, didampingi Peneliti IPRC, Tedi Nurzaman, mengungkapkan alasan lembaga mereka tergerak untuk melakukan survei.
"Kami tergerak karena jumlah kandidatnya cukup banyak, sementara DPT-nya relatif tidak terlalu besar. Selain itu, kehadiran kandidat perempuan juga menjadi daya tarik tersendiri," ujar Indra saat ditemui di sebuah kedai kopi di Jalan KH. Zaenal Mustofa, Selasa, (19/11/2024) malam.
Menurut Indra, kontestasi Pilkada kali ini memiliki keunikan tersendiri. Pertarungan antar kandidat masih sangat terbuka dengan tingkat swing voter yang cukup tinggi, mencapai 40 persen.
Hal ini mengindikasikan bahwa preferensi politik masyarakat Kota Tasikmalaya belum sepenuhnya mengkristal.
Hasil survei IPRC menunjukkan bahwa sekitar 60 persen masyarakat sudah memiliki kecenderungan terhadap pasangan calon tertentu. Namun, dari angka tersebut, sekitar 50 persen masih memungkinkan mengubah pilihannya hingga hari pemungutan suara.
Ini menjadi tantangan besar bagi para kandidat untuk memaksimalkan pendekatan personal, kampanye kreatif, dan strategi yang dapat merebut hati kelompok swing voter, yang meliputi pemilih kritis, kelompok independen, dan masyarakat yang belum terafiliasi secara politik.
"Kemenangan di Pilkada Kota Tasikmalaya akan ditentukan oleh sejauh mana para kandidat dapat menggerakkan tim sukses dan relawan untuk mendekati swing voter," tambah Indra.
Indra juga mengungkapkan bahwa belum ada pasangan calon yang mampu mendominasi hingga 50 persen suara. Bahkan, wilayah dengan jumlah DPT besar masih menunjukkan kompetisi yang sangat ketat di antara para kandidat.
Dengan demikian, setiap kandidat hanya membutuhkan kemenangan dengan angka 30-35 persen suara untuk memastikan kemenangan di putaran pertama.
"Hasil survei kami juga menunjukkan tren yang beragam. Ada kandidat dengan peningkatan signifikan, sementara yang lainnya mengalami stagnasi atau bahkan penurunan," katanya.
Meski demikian, Indra enggan menyebutkan secara rinci siapa kandidat unggulannya. Ia menegaskan bahwa rilis lengkap survei akan dilakukan dalam waktu dekat.
Fenomena menarik lainnya yang terpotret dalam survei adalah kecenderungan masyarakat Kota Tasikmalaya yang lebih memilih figur ketimbang mengacu pada modal partai pendukung.
Hal ini menjadi sinyal bahwa personal branding dan kapabilitas individu menjadi faktor penentu yang lebih kuat dibandingkan afiliasi politik.
Dengan jumlah peserta lima pasangan calon dan komposisi pemilih yang dinamis, hasil akhir Pilkada Kota Tasikmalaya diperkirakan baru bisa diprediksi menjelang hari pencoblosan.
Kontestasi ini menjadi ajang yang menarik untuk diikuti, baik dari sisi politik maupun sosial, mengingat berbagai elemen strategis yang terlibat.
Untuk pasangan calon dan tim sukses, memanfaatkan momen terakhir kampanye menjadi krusial untuk menarik suara dari kelompok swing voter dan memperkuat basis dukungan.
"Akankah Kota Tasikmalaya menyaksikan pertarungan sengit di Pilkada 2024 hingga detik terakhir? Hanya waktu yang akan menjawab." pungkasnya. (*)
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Ronny Wicaksono |