TIMES TASIKMALAYA, TASIKMALAYA – Malam pergantian tahun kerap identik dengan gemerlap kembang api, terompet serta hiruk-pikuk perayaan di jalanan.
Namun di balik euforia tersebut, terdapat makna yang jauh lebih mendalam yang seharusnya menjadi renungan setiap insan dimana waktu adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
Momentum akhir tahun dinilai sebagai saat paling tepat untuk melakukan evaluasi diri (muhasabah), baik melalui zikir, doa bersama, maupun perenungan pribadi.
Hal itu disampaikan Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Kota Tasikmalaya, H. Yadi Mulyadi, yang mengajak masyarakat untuk mengubah cara pandang dalam menyikapi pergantian tahun.
Menurut Yadi, Allah SWT bahkan bersumpah dengan waktu dalam Al-Qur’an, sebuah isyarat kuat bahwa waktu memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
“Allah SWT telah bersumpah dengan waktu. Ini menunjukkan betapa berharganya waktu dalam kehidupan kita. Setiap detik yang berlalu akan dimintai pertanggungjawaban,” ujar Yadi, Selasa (30/12/2025).
Yadi menilai, perayaan malam pergantian tahun seharusnya tidak diisi dengan kegiatan yang bersifat hura-hura semata. Meniup terompet, pesta kembang api, hingga konvoi di jalanan dinilainya kurang memberi makna, terlebih ketika banyak saudara sebangsa tengah dilanda bencana alam.
“Daripada menghabiskan malam pergantian tahun dengan terompet dan kembang api, akan lebih tepat jika diganti dengan evaluasi diri—melihat capaian, kekurangan, serta langkah perbaikan yang perlu dilakukan untuk menyongsong tahun 2026,” jelasnya.
Sebagai pembina Pondok Pesantren At Taufiq Al-Islamy Tasikmalaya, Yadi menekankan bahwa muhasabah tidak harus dilakukan secara besar-besaran. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara sederhana, baik di masjid maupun di rumah masing-masing.
“Langkah itu juga menjadi wujud empati, keprihatinan, dan kepekaan sosial terhadap saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah,” tambahnya.
Lebih jauh, Yadi mengingatkan bahwa setiap manusia kelak akan ditanya tentang bagaimana waktu kehidupannya di dunia digunakan. Apakah dihabiskan untuk menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, atau justru larut dalam kesenangan sesaat yang melalaikan nilai-nilai agama.
Menurutnya, muhasabah menjadi kunci agar manusia tidak tergolong sebagai insan yang merugi, sebagaimana peringatan dalam Al-Quran. “Kalau ingin menjadi insan yang beruntung kelak, maka muhasabah harus dilakukan. Kita introspeksi, mana yang harus diteruskan, ditingkatkan, dan mana yang harus ditinggalkan,” tegas Yadi.
Ia pun mengimbau seluruh masyarakat Kota Tasikmalaya, dan masyarakat di manapun berada, agar menjadikan pergantian tahun sebagai titik balik untuk memperbaiki diri. “Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi dan menyesal di kemudian hari,” katanya.
Ajakan untuk merayakan pergantian tahun secara sederhana dan penuh empati juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Kota Tasikmalaya dan kepolisian.
Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, bersama Kapolres Tasikmalaya AKBP M. Faruk Rozi, telah mengeluarkan surat edaran yang menghimbau masyarakat agar tidak menyalakan kembang api saat perayaan malam Tahun Baru 2025.
Kebijakan ini diambil sebagai langkah menjaga keselamatan masyarakat sekaligus bentuk penghormatan terhadap wilayah-wilayah yang terdampak bencana alam. “Kami harap tidak ada euforia berlebihan. Kita harus berempati dulu karena banyak saudara kita yang sedang terkena musibah,” ujar Viman, Minggu (28/12/2025).
Senada dengan itu, Kapolres Tasikmalaya AKBP M. Faruk Rozi meminta masyarakat untuk merayakan malam pergantian tahun dengan tertib, sederhana, dan tetap menjaga keamanan. “Kami mengimbau masyarakat agar tidak menyalakan kembang api dan tetap menjaga ketertiban serta keselamatan bersama,” tegasnya.
Pergantian tahun sejatinya bukan sekadar pergantian angka dalam kalender. Ia adalah momentum reflektif untuk menata kembali arah kehidupan, memperbaiki niat, serta memperkuat kepedulian sosial.
Di tengah berbagai ujian dan bencana yang melanda, ajakan untuk menutup tahun dengan zikir, doa, dan muhasabah menjadi pengingat bahwa kesederhanaan, empati, dan kesadaran spiritual adalah fondasi penting dalam menyongsong masa depan yang lebih baik. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Momentum Pergantian Tahun, Saat Tepat Muhasabah Diri dan Menata Langkah Menuju 2026
| Pewarta | : Harniwan Obech |
| Editor | : Ronny Wicaksono |