https://tasikmalaya.times.co.id/
Berita

Unper Tasikmalaya Dorong Terwujudnya Kota Inklusi Ramah Disabilitas Lewat Bahasa Isyarat

Sabtu, 17 Mei 2025 - 20:33
Unper Tasikmalaya Dorong Terwujudnya Kota Inklusi Ramah Disabilitas Lewat Bahasa Isyarat Salma, relawan Metamorfrosa Indonesia Kota Tasikmalaya, saat menyampaikan bahasa isyarat pada acara Workshop Bahasa Isyarat di Auditorium Gedung Mashudi Unper, Sabtu (17/5/2025). (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMES TASIKMALAYA, TASIKMALAYA – Universitas Perjuangan (Unper) Tasikmalaya menunjukkan komitmennya untuk turut mendorong terwujudnya Kota Tasikmalaya sebagai kota inklusi yang ramah terhadap penyandang disabilitas. 

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Rektor Universitas Perjuangan, Dr. H. D. Yadi Heryadi, Ir., M.Sc., dalam kegiatan workshop bahasa isyarat bertajuk “Tanpa Suara Penuh Makna”, Sabtu (17/5/2025).

acara-Workshop-Bahasa-Isyarat-2.jpgRatusan warga Kota Tasikmalaya antusias mengikuti Workshop Bahasa Isyarat di Auditorium Gedung Mashudi Unper, Sabtu (17/5/2025) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Acara ini digelar oleh Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen di Auditorium Gedung Mashudi, Kampus Universitas Perjuangan, Jalan Peta No. 177, Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Workshop tersebut menggandeng komunitas pegiat sosial tunarungu, Metamorfrosa Indonesia Kota Tasikmalaya, sebagai bentuk konkret kepedulian terhadap hak-hak komunikasi penyandang disabilitas, khususnya tunarungu.

Rektor Unper kepada TIMES Indonesia menegaskan bahwa pihaknya secara kelembagaan sangat mendukung program Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk menjadikan daerah ini sebagai kota yang inklusif dan ramah terhadap warga penyandang disabilitas.

Yadi-Heryadi.jpgRektor Universitas Perjuangan, Dr. H. D. Yadi Heryadi, Ir., M.Sc. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

“Kami sangat mendukung program Pak Wali Kota Tasikmalaya. Tidak hanya di level rektorat atau fakultas, tetapi juga para mahasiswa, termasuk dari Program Studi Manajemen. Kami harus mulai memberikan ruang-ruang yang lebih banyak bagi teman-teman kita yang memiliki kebutuhan khusus,” ujar Rektor kepada TIMES Indonesia.

Menurutnya, dukungan tersebut tidak sebatas pada retorika semata, tetapi juga diwujudkan dalam bentuk penyediaan aksesibilitas fisik, pendampingan akademik, hingga teknologi bantu yang menunjang kegiatan belajar mahasiswa disabilitas di lingkungan kampus. Meski ia mengakui masih ada keterbatasan dalam implementasi ideal, namun pihaknya terus melakukan perbaikan.

“Aksesibilitas di kampus Universitas Perjuangan sedang kita benahi. Kami juga kemarin punya lulusan mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus, dan kami siapkan beberapa sarana untuk menunjang aktivitasnya. Walaupun masih terbatas, tetapi kami upayakan, mudah-mudahan ke depan bisa lebih baik,” tandasnya.

Lebih lanjut, Rektor Unper juga mengapresiasi penuh kreativitas dan kepedulian mahasiswa dalam menyelenggarakan workshop bahasa isyarat ini.

Ia menilai, inisiatif tersebut merupakan langkah konkret mahasiswa dalam menginternalisasi nilai-nilai sosial yang sesuai dengan visi misi Kota Tasikmalaya sebagai kota inklusi.

“Saya sangat mengapresiasi. Menurut saya, ini ide yang sangat bagus dan kreatif dari para mahasiswa, karena menyentuh langsung pada program-program pemerintah Kota Tasikmalaya. Ini bukti mahasiswa kami punya kepedulian sosial yang tinggi,” ujar Rektor.

Workshop ini menghadirkan suasana interaktif dan edukatif, sekaligus menjadi ruang pembelajaran publik agar semakin banyak warga Tasikmalaya yang mampu memahami bahasa isyarat sebagai sarana komunikasi dengan penyandang tunarungu.

Salah satu pegiat sosial disabilitas Tasikmalaya, Aris Rahman, M.Pd., dari Paguyuban Pegiat Disabilitas Tasikmalaya (Papeditas), turut memberikan tanggapannya. 

Ia menyambut baik dan mendukung penuh kegiatan ini, serta mendorong agar workshop bahasa isyarat dijadikan agenda rutin dan berkelanjutan di berbagai lembaga, termasuk di kampus-kampus.

Menurut Aris, pemahaman bahasa isyarat di kalangan masyarakat luas sangat penting, terutama dalam pelayanan publik seperti sektor kesehatan. Ia mencontohkan bagaimana kesenjangan komunikasi antara tenaga medis dan pasien tunarungu bisa berakibat fatal.

“Ini sangat penting. Ketika penyandang tunarungu datang berobat ke rumah sakit, perawat harus memahami bahasa isyarat agar bisa mengetahui keluhan pasien. Kalau tidak, dikhawatirkan terjadi salah diagnosa. Maka dari itu, pelatihan bahasa isyarat harus diperluas,” ujarnya.

Sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Priangan Timur, Universitas Perjuangan Tasikmalaya harus memiliki peran strategis dalam menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan. 

Komitmen kampus Unper menurut Aris dalam mendukung akses bagi mahasiswa penyandang disabilitas sejalan seiring  kebijakan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas serta Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 46 Tahun 2019 tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.

"Melalui kegiatan seperti workshop bahasa isyarat ini, Unper tidak hanya menunjukkan kepedulian sosial, tetapi juga menjadi pelopor perubahan di lingkungan akademik. Dengan menggandeng komunitas dan aktivis sosial, serta didukung oleh civitas akademika, upaya ini diharapkan mendorong lahirnya gerakan inklusi yang lebih luas di masyarakat, khususnya di Kota Tasikmalaya," pungkasnya. (*)

Pewarta : Harniwan Obech
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Tasikmalaya just now

Welcome to TIMES Tasikmalaya

TIMES Tasikmalaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.