https://tasikmalaya.times.co.id/
Berita

100 Petani Tembakau Kota Tasikmalaya Dilatih Kembangkan UMKM Rokok SKT

Senin, 13 Oktober 2025 - 19:49
100 Petani Tembakau Kota Tasikmalaya Dilatih Kembangkan UMKM Rokok SKT Sejumlah peserta petani tembakau saat mengikuti pelatihan meracik rokok sigaret kretek tangan (SKT) di PPIK, Kota Tasikmalaya, Senin (13/10/2025). (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMES TASIKMALAYA, TASIKMALAYA – Sebanyak 100 petani tembakau di Kota Tasikmalaya kini mulai mendapatkan pelatihan keterampilan meracik rokok sigaret kretek tangan (SKT). 

Program ini menjadi langkah awal dalam upaya mengembangkan UMKM berbasis hasil tembakau lokal serta meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi para petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kota Tasikmalaya.

Langkah ini muncul sebagai respons terhadap potensi besar produksi tembakau di Kota Tasikmalaya, yang kini telah mencapai puluhan ton setiap musim panen. 

Dengan kemampuan mengolah tembakau menjadi produk turunan seperti rokok SKT dan cerutu, petani tidak hanya menjual bahan mentah, tetapi juga memiliki kesempatan memperluas pasar dan pendapatan tanpa bergantung pada pihak luar kota.

Kegiatan pelatihan yang digelar di Aula PPIK, Senin (13/10/2025) itu merupakan inisiatif Dinas UMKM Koperindag Kota Tasikmalaya, yang memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT). 

Program ini dibagi menjadi empat sesi pelatihan, masing-masing diikuti oleh 25 peserta yang terdiri dari petani tembakau dan masyarakat umum.

Materi pelatihan mencakup teknik meracik rokok SKT secara manual, pembuatan cerutu untuk segmen pasar ekspor, serta pengelolaan usaha mikro berbasis hasil tembakau.

“Pendirian UMKM rokok SKT diyakini akan mendukung pemerintah dalam meminimalisasi angka kemiskinan dan pengangguran,”
ujar Suryana, praktisi usaha tembakau sekaligus narasumber utama pelatihan tersebut. Senin (13/10/2025)

Suryana menilai bahwa pelatihan ini menjadi langkah konkret untuk meningkatkan ekonomi pasca panen, sekaligus mendorong kemandirian petani dalam mengelola hasil tembakau lokal.

“Dengan skala UMKM, para peserta bisa menyasar segmen pasar lokal tanpa harus bersaing langsung dengan pabrikan besar. Kita jangan kalah dengan produsen rokok ilegal. UMKM rokok SKT nantinya akan dibina Pemkot, sehingga belum perlu izin dan regulasi yang berat,” tambahnya.

Ketua APTI Kota Tasikmalaya, Asop Saeful Milah, mengapresiasi langkah Dinas UMKM Koperindag yang telah memfasilitasi kegiatan tersebut. Ia menyebut bahwa produksi tembakau di Tasikmalaya kini mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan.

“Sejumlah petani tembakau sudah mulai panen. Dari estimasi kami, satu hektar lahan bisa menghasilkan sekitar 14 ton tembakau. Saat ini baru sekitar 3 hektar yang sudah dipanen,” ujar Asop.

Meski begitu, Asop menyoroti bahwa dukungan infrastruktur pertanian tembakau masih minim. Sejumlah kebutuhan seperti mesin rajang, green house, kendaraan roda tiga, dan sarana kelembagaan belum bisa dinikmati oleh para petani, padahal alokasi DBH CHT yang diterima Pemkot Tasikmalaya mencapai Rp7–9 miliar.

“Sayangnya, dari dana sebesar itu hanya sedikit program yang langsung menyentuh petani. Dalam waktu dekat kami akan mengajukan audiensi ke Komisi II DPRD Kota Tasikmalaya untuk mengetahui secara detail dan transparan terkait proyeksi DBH CHT,” tegas Asop.

Kepala Bidang Perindustrian Dinas UMKM Koperindag Kota Tasikmalaya, H. Ramdhan, S.Pt., MT., yang membuka kegiatan tersebut, menyebut bahwa pelatihan ini merupakan bentuk nyata implementasi dana cukai hasil tembakau yang pro-rakyat.

Ia menjelaskan bahwa DBH CHT tidak hanya difokuskan untuk pengawasan produk tembakau, tetapi juga untuk pemberdayaan masyarakat, terutama di sektor usaha mikro berbasis hasil tani lokal.

Melalui pelatihan ini, pemerintah berharap lahir unit-unit usaha baru di bidang rokok SKT yang bisa membuka lapangan kerja dan mengurangi ketergantungan terhadap produk industri besar.

Diketahui, Kota Tasikmalaya termasuk salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki kualitas tembakau unggulan. Berdasarkan data Kementerian Pertanian dan Direktorat Jenderal Perkebunan, jenis tembakau yang tumbuh di wilayah Tasikmalaya termasuk kategori tembakau rajang berkualitas sedang hingga tinggi, cocok untuk bahan dasar rokok kretek tangan (SKT).

Dengan permintaan pasar yang stabil dan adanya dukungan pemerintah melalui program DBH CHT, potensi tembakau Tasikmalaya dinilai mampu menjadi salah satu sektor penggerak ekonomi daerah.

“Tasikmalaya dikenal sebagai kota santri dengan potensi pertanian dan industri kreatif yang tinggi. Bila tembakau dikelola secara profesional, bisa menjadi komoditas unggulan yang mendukung program ekonomi kerakyatan,” ujar Suryana.

Kegiatan pelatihan ini menjadi titik awal bagi para petani tembakau Tasikmalaya untuk naik kelas dari sekadar petani penghasil bahan mentah menjadi pelaku usaha tembakau olahan.

Selain memperkuat ekonomi keluarga, kegiatan ini juga sejalan dengan visi Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam mengembangkan sektor UMKM berbasis potensi lokal dan menekan angka pengangguran serta kemiskinan.

Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah, penguatan kelembagaan petani, dan transparansi penggunaan DBH CHT, diharapkan sektor tembakau lokal mampu tumbuh secara sehat, berdaya saing, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Tasikmalaya. (*)

Pewarta : Harniwan Obech
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Tasikmalaya just now

Welcome to TIMES Tasikmalaya

TIMES Tasikmalaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.