TIMES TASIKMALAYA, TASIKMALAYA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terus menuai sorotan. Pasalnya, sejumlah kasus keracunan massal akibat MBG dilaporkan terjadi di beberapa wilayah di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung Barat, Garut, hingga Cikalong.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan masyarakat, termasuk para orang tua siswa di Kota Tasikmalaya. Ray (45), warga Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, mengungkapkan keresahannya terhadap kualitas makanan MBG yang diberikan di sekolah.
Ia menuturkan kepada TIMES Indonesia, bahwa putranya hampir saja mengonsumsi makanan yang sudah basi. "Ketika mau dimakan nasinya basi. Untung tidak dimakan dan langsung ditarik oleh penyedianya (petugas dapur MBG). Petugas juga meminta maaf," ungkap Ray, Kamis (25/9/2025) malam.
Menurut Ray, sempat ada petugas pengelola MBG yang mendatanginya dan meminta agar kejadian adanya paket nasi yang basi tersebut tidak diviralkan. Petugas berjanji akan bertanggung jawab apabila ada siswa yang mengalami sakit akibat makanan MBG.
Meski mengapresiasi program MBG yang dinilainya bagus sebagai upaya pemerintah meningkatkan gizi anak bangsa, Ray menyoroti lemahnya sistem pengawasan di lapangan.
Kepala Sekolah SMAN I Tasikmalaya Dr. H. Yonandi saat ditemui TIMES Indonesia diruang kerjanya, Kamis (25/9/2025) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
"Program MBG dari Pak Prabowo itu bagus, tapi pengawasannya yang kurang. Salah satunya dalam mencuci tempat makan. Lebih baik wadah makan diganti dengan sekali pakai untuk mencegah kontaminasi," jelasnya.
Sebagai langkah antisipasi, Ray memilih memberikan sarapan terlebih dahulu kepada anaknya di rumah sebelum berangkat ke sekolah.
"Ya, solusinya yang paling aman anak dikasih sarapan dulu di rumah. Kan pembagian MBG itu jadwalnya lewat jam 8-an," tambahnya.
Senada dengan Rey, HT (49), warga Jalan Paseh, Tuguraja, Cihideung, Kota Tasikmalaya, juga merasa khawatir. Ia bahkan melarang anaknya untuk memakan makanan MBG di sekolah.
"Ya, saya suruh ke anak lebih baik tidak usah dimakan, apalagi sudah banyak contoh kasus keracunan seperti di Bandung Barat," ujarnya.
Berbeda dengan orang tua siswa, Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya, Dr. H. Yonandi, menyebutkan bahwa hingga kini pelaksanaan MBG di sekolah yang ia pimpin masih relatif aman.
Ia membenarkan bahwa dirinya mendengar beberapa kasus keracunan terjadi di beberapa daerah di Jawa Barat, tetapi kondisi di SMAN 1 Tasikmalaya terpantau kondusif.
"Kami tetap waspada. Ada kekhawatiran juga, tapi kami sudah siapkan tim. Jadi sebelum makanan dibagikan kepada siswa, tim kami akan mencicipi 10 paket terlebih dahulu hasil dari dapur MBG," jelasnya.
H. Yonandi juga menuturkan bahwa sebagian siswa lebih menyukai menu MBG non-nasi yang disediakan. Kendati demikian, ia menegaskan pentingnya standar operasional prosedur (SOP) dalam penyediaan makanan bergizi gratis ini agar tetap aman bagi kesehatan peserta didik.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diluncurkan sebagai bagian dari visi pemerintahan Presiden Prabowo untuk mengatasi masalah gizi anak-anak Indonesia, terutama mencegah stunting dan mendukung kualitas sumber daya manusia. Program ini menyasar anak sekolah dari tingkat SD hingga SMA di seluruh Indonesia.
Namun, dalam praktiknya, berbagai laporan kasus keracunan membuat publik menaruh perhatian besar terhadap kualitas distribusi, higienitas, dan pengawasan makanan MBG.
Di Jawa Barat, laporan kasus keracunan makanan MBG sebelumnya mencuat di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut, di mana puluhan siswa harus mendapatkan perawatan medis usai menyantap makanan yang disediakan. Kasus ini menjadi alarm bagi pemerintah dan penyedia jasa katering sekolah agar memperketat pengawasan kualitas makanan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Maraknya Kasus Keracunan MBG di Jawa Barat, Ini Kekhawatiran Orang Tua di Kota Tasikmalaya
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Deasy Mayasari |