TIMES TASIKMALAYA, MALANG – Peternak sapi perah di Gondanglegi, Malang, Jatim, kini bisa bernapas lega. Panas menyengat di dalam kandang yang dulu bikin sapi stres, perlahan bisa diatasi. Sebuah kipas otomatis hasil rancangan dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) terbukti ampuh menciptakan udara sejuk bagi sapi-sapi mereka.
Program pengabdian masyarakat ini berlangsung sejak 7 Juli hingga 8 Agustus 2025. Tim Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PkM) FKH UB ini turun langsung ke wilayah kerja Koperasi Unit Desa (KUD) Gondanglegi, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Proyek ini didanai Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian Masyarakat, Kemendikti Saintek, dengan tema besar: "Pengembangan Tata Kelola Peternakan Sapi Perah sebagai Mitigasi Perubahan Iklim."
Kandang Lebih Nyaman dengan Teknologi USG
Program andalan mereka adalah pemasangan exhaust fan otomatis. Alat itu menyala sendiri saat suhu kandang melonjak. “Tujuannya mengurangi stres panas (heat stress) pada sapi. Kalau sapi nyaman, produksi susu bisa lebih stabil,” terang drh. Widi Nugroho, Ph.D, salah satu dosen pendamping.
Tidak sekadar dipasang, tim juga melakukan uji ilmiah. Susu sapi diambil sampelnya sebelum dan sesudah penggunaan kipas. Hasil analisis nanti akan jadi dasar pengembangan teknologi sederhana yang bisa dipakai luas di peternakan rakyat.
Seorang peternak, Bagyo, mengaku langsung merasakan bedanya. “Sapi-sapi lebih tenang, kelihatan nyaman. Hasil susunya juga ikut naik,” ujarnya.
Bukan hanya urusan kenyamanan, kesehatan reproduksi sapi juga jadi perhatian. Dengan membawa alat ultrasonografi (USG), drh. Dwi Kristanto, M.Sc. melakukan pemeriksaan langsung di lapangan. Hasil diagnosis diberikan pada peternak lengkap dengan rekomendasi pengobatan.
Mahasiswa UB kemudian membantu menjelaskan temuan itu dengan bahasa sederhana. Tujuannya, agar peternak paham kondisi ternaknya dan bisa menindaklanjuti tanpa bergantung penuh pada dokter hewan.
“Pendampingan semacam ini sangat membantu. Peternak jadi lebih percaya diri merawat sapinya,” kata salah satu anggota tim mahasiswa.
Pakan Dirancang Tahan Iklim
Masalah lain di peternakan sapi perah adalah ketersediaan pakan. Untuk itu, tim PkM juga membagikan bibit hijauan unggul seperti Pakcong dan Kaliandra. Dua tanaman ini dikenal tangguh di iklim tropis sekaligus bergizi tinggi.
Bibit ditanam bersama peternak sebagai investasi jangka panjang. “Kalau pakan mandiri, biaya bisa ditekan, peternakan lebih berkelanjutan,” jelas seorang anggota tim.
Sementara, Teguh Tri Atmoko, manajer KUD Gondanglegi, menyampaikan apresiasinya. “Kami berterima kasih kepada FKH UB dan Kemendikti Saintek. Permasalahan utama peternak, khususnya soal suhu kandang dan kesehatan sapi, mulai terjawab dengan program ini,” ujarnya.
Program ini dianggap bukan sekadar proyek sekali lewat. Nilai edukatif dan kolaboratif yang ditanamkan diharapkan bisa memperkuat sistem peternakan rakyat.
Selaras dengan SDGs
Rangkaian kegiatan itu ternyata selaras dengan target pembangunan berkelanjutan (SDGs). Mulai dari ketahanan pangan (SDG 2), kesehatan (SDG 3), produksi dan konsumsi bertanggung jawab (SDG 12), hingga aksi terhadap perubahan iklim (SDG 13).
Dengan kata lain, peternakan rakyat yang dikelola lebih baik tidak hanya meningkatkan produktivitas, tapi juga jadi bagian dari solusi menghadapi krisis iklim.
Ke depan, inovasi seperti kipas otomatis dan pakan tahan iklim diharapkan bisa diterapkan lebih luas, tidak hanya di Gondanglegi. “Kalau berhasil diperluas, dampaknya bukan cuma untuk peternak, tapi juga ketahanan susu nasional,” kata drh. Widi.
Peternak sendiri merasa optimistis. “Selama ada pendampingan, kami bisa belajar banyak. Semoga program ini terus berlanjut,” tutur Bagyo.
Dengan semangat gotong royong, inovasi teknologi, dan dukungan kelembagaan, Gondanglegi perlahan menegaskan diri sebagai contoh bahwa peternakan rakyat bisa adaptif menghadapi tantangan zaman. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Inovasi Kandang Sejuk dan Pakan Unggul, UB Gandeng KUD Gondanglegi Hadapi Perubahan Iklim
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Deasy Mayasari |