TIMES TASIKMALAYA – Konferensi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Tasikmalaya yang digelar dengan penuh dinamika dan antusiasme akhirnya memilih H. Cecep Susilawan, S.Pd., M.M., sebagai ketua periode 2025–2030.
Alumni Magister Manajemen Pendidikan Sekolah Tinggi Manajemen Jakarta tahun 2010 ini berhasil mengantongi 254 suara. Dia unggul atas Dr. H. Yonandi yang meraih 106 suara. Kemenangan ini menjadi tonggak baru bagi masa depan pendidikan di Kota Santri.
Sebagai organisasi profesi guru tertua dan terbesar di Indonesia, PGRI memainkan peran vital dalam menjaga martabat, hak, dan kepentingan para pendidik.
Terpilihnya H. Cecep Susilawan disambut sebagai harapan baru yang membawa semangat rekonsiliasi, profesionalisme, dan kesejahteraan yang lebih baik bagi guru-guru di bawah naungan Dinas Pendidikan maupun Kementerian Agama.
Mengusung visi "Menjadikan PGRI sebagai wadah profesi yang profesional, dinamis, bermartabat, sejahtera, dan terlindungi," Cecep menekankan pentingnya kolaborasi dan konsolidasi pasca-konferensi.
“Kami akan membangun rekonsiliasi, membangun kolaborasi. Jangan sampai konferensi ini menjadi retak, tetapi justru menjadi pijakan awal untuk saling mendukung demi kemajuan pendidikan di Kota Tasikmalaya,” ungkap Cecep usai acara konfrensi. Sabtu (31/5/2025) malam.
Tak hanya sekadar retorika, pria kelahiran tahun 1967 ini menjanjikan perubahan nyata melalui pendekatan yang inklusif dan partisipatif dalam struktur organisasi PGRI. Kepengurusan barunya akan dibentuk berdasarkan prinsip keterwakilan lintas jenjang dan lintas gender, serta melibatkan semua stakeholder, termasuk cabang-cabang PGRI di setiap kecamatan.
Salah satu isu krusial yang langsung disentuh oleh Cecep adalah pentingnya undang-undang perlindungan guru. Dia menyoroti ketimpangan antara perlindungan anak yang sudah memiliki payung hukum kuat, sementara perlindungan terhadap guru masih minim.
“PGRI Kota Tasikmalaya akan menjadi bagian dalam ikhtiar menyampaikan kepada pengurus PGRI provinsi dan PB pusat bahwa undang-undang perlindungan guru harus segera hadir. Guru perlu merasa aman dan terlindungi dalam menjalankan tugasnya,” ujarnya.
Menurut Cecep, kasus-kasus kriminalisasi guru yang terjadi di berbagai daerah menjadi sinyal bahaya yang tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, ia akan mendorong advokasi intensif ke tingkat provinsi dan nasional demi terciptanya jaminan hukum yang layak bagi pendidik.
Masalah kesejahteraan guru di Kota Tasikmalaya juga menjadi perhatian utama. Cecep menyadari keterbatasan fiskal daerah melalui APBD, namun ia optimistis bahwa dengan komunikasi yang baik dengan Pemerintah Kota, akan terbuka ruang kolaborasi dan solusi yang berpihak pada guru.
“Kami tidak hanya akan menuntut, tapi akan mengikhtiarkan dan mengomunikasikan dengan baik kepada pemerintah. Ini bukan tentang gaji semata, tetapi juga hak-hak dasar guru yang selama ini sering terabaikan,” tegasnya.
Cecep juga merancang program peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, sertifikasi, dan kegiatan ilmiah yang relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pendidikan era digital.
Dukungan dari Stakeholder: Menuju Sinergi Pendidikan Tanpa Sekat
Kemenangan Cecep Susilawan disambut baik oleh berbagai pihak. Salah satunya datang dari Ketua Persatuan Guru Madrasah (PGM) Kota Tasikmalaya, Asep Rizal As'ari.
Ia menyatakan harapannya agar sinergi antara PGRI dan PGM semakin kuat demi membangun pendidikan Kota Tasikmalaya yang tidak terkotak-kotak.
“Pendidikan tidak boleh disekat antara pendidik yang ada di Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan. Mari kita bangun PGRI sebagai rumah bersama untuk memperjuangkan martabat dan kesejahteraan guru,” kata Asep.
Pernyataan tersebut memperkuat komitmen Cecep dalam membangun jembatan komunikasi lintas institusi pendidikan dan menjadikan PGRI sebagai rumah besar perjuangan para guru, tanpa memandang asal instansi maupun jenjang pendidikan.
Sebagai langkah awal, Cecep akan membentuk tim kerja (teamwork) yang terdiri dari guru-guru terbaik dari berbagai jenjang dan latar belakang. Tim ini akan menjadi motor penggerak program kerja lima tahun ke depan, mulai dari reformasi internal organisasi hingga implementasi program-program unggulan.
Program-program prioritas tersebut antara lain Revitalisasi pelatihan guru berbasis teknologi dan pedagogi modern, Pemberdayaan guru non-PNS dan guru honorer, Advokasi terhadap hak-hak guru di sekolah swasta dan madrasah dan Pembangunan sistem informasi organisasi yang transparan dan akuntabel.
Harapan Baru Bagi Pendidikan Kota Tasikmalaya
Dengan membawa semangat rekonsiliasi, kepemimpinan Cecep Susilawan diyakini akan menghadirkan angin segar di tengah tantangan dunia pendidikan saat ini.
Selain memperjuangkan hak-hak guru, ia juga bertekad menjadikan PGRI sebagai motor perubahan yang dinamis dan relevan dengan perkembangan zaman.
"Kehadiran Pak Cecep di pucuk pimpinan organisasi guru terbesar di Kota Tasikmalaya akn menjadi simbol transformasi, dari sekadar wadah aspirasi menjadi lembaga perjuangan yang aktif dan adaptif dimana di era yang serba cepat dan kompleks, kepemimpinan visioner seperti yang ditunjukkan oleh Pak Cecep sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan pendidikan ke depan," pungkasnya. (*)
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Bambang H Irwanto |